BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan di mana ovum yang
telah dibuahi sperma berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya;
bukan di dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat
daripada istilah kehamilan ekstrauterin, karena beberapa jenis kehamilan
ektopik terjadi di uterus tetapi tidak di tempat yang normal seperti di pars
intertitialis tuba dan serviks uteri.
Kehamilan ektopik merupakan salah satu bentuk kom-plikasi
kehamilan yang cukup sering dijumpai, berhubungan dengan status sosial ekonomi
dan kejadian salpingitis.
Saat ini ada kecenderungan peningkatan angka kejadian
kehamilan ektopik di dunia. Dalam penanganan kehamilan
ektopik, diagnosis dini sangat penting karena dapat menurunkan angka kematian
ibu dan meningkatkan/mempertahankan kualitas reproduksinya. Diagnosis kehamilan
ektopik secara umum ditegakkan berdasarkan beberapa faktor yaitu :
1) Deteksi dini kelompok risiko tinggi.
2) Riwayat obstetrik dan pemeriksaan fisik.
3) Pemeriksaan laboratorium (tes kehamilan),
kuldosentesis, USG dan laparoskopi.
B. RUANG LINGKUP BAHASAN
Dalam makalah ini, penulis lebih banyak mengulas tentang masalah pada
kelainan kehamilan, yang terfokus pada penyakit Molahidatidosa dan Kehamilan
Ektopik Terganggu.
C. TUJUAN
Adapun tujuan
penulisan makalah ini untuk memberikan pemahaman kepada para mahasiswa tentang
:
- Pengertian Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik
Terganggu.
- Penyebab Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik
Terganggu.
- Patofisiologi Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik
Terganggu.
- Gejala Klinik Tentang Molahidatidosa dan Kehamilan
Ektopik Terganggu.
- Diagnosis Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik
Terganggu.
- Diagnosa Banding Molahidatidosa dan Kehamilan
Ektopik Terganggu.
- Komplikasi dari Molahidatidosa dan Kehamilan
Ektopik Terganggu.
- Prognosis Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik
Terganggu.
- Penanganan Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik
Terganggu.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A.
Pengertian
Molahidatidosa adalah kehamilan
abnormal yang disebabkan oleh sel dari plasenta ( sel trofoblas yang tumbuh
secara berlebihan ) / berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan
pembentukan “ bakal janin “, sehingga
terbentuk jaringan permukaan membran ( vili ) mirip gerombolan buah anggur.
Tumor jinak mirip anggur tersebut asalnya dari trofoblas, yakni sel bagian tepi
ovum atau sel telur, yang telah dibuahi, yang nantinya melekat di dinding rahim
dan menjadi plasenta ( tembuni ) serta membran yang memberi makan hasil
pembuahan.
KET ( Kehamilan Ektopik Terganggu )
adalah suatu kehamilan yang tumbuh di luar kavum endometrium ( Esensial
Obstetri dan ginekologi, 2001 : 463 ), / Kehamilan di tempat yang luar biasa (
Obstetri Patologi, 1981 : 21 ), / Kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus ( Ilmu bedah Kebidanan, 2000 : 198
), / Kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi berimplantasi dan tumbuh di
luar endometrium kavum uteri ( Ilmu Kebidanan, 2002 : 323 ), / Kehamilan dengan
hasil konsepsi berimplementasi di luar endometrium rahim, istilah lain :
ectopic pregnancy, ectopic gestation dan eccesyesis ( Sinapsis Obstetri, 1998 :
226 ).
Kehamilan Ektopik Terganggu merupakan kehamilan yang berbahaya karena
tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai
ateri. Sifat kehamilan ektopik sangat berbahaya, sebagian besar kehamilan
ektopik terjadi pada tuba, jarang terjadi pada ovarium atau rongga abdomen (
perut ).
Istilah kehamilan ektopik ini lebih tepat daripada istilah ekstrauterin
yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena itu terdapat beberapa
jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada
tempat yang normal.
Menurut lokasi kehamila ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan :
1.
Tuba Fallopi.
-
Pars intertisialis.
-
Isthmus.
-
Infundibulum.
-
Fimbria.
2.
Uterus.
-
Kanalis serpikalis.
-
Divertikulum.
-
Konua.
-
Tanduk rudimentete.
3.
Ovarium.
4.
Intraligameter.
5.
Abdominai
-
Primer.
-
Sekunder.
B.
Penyebab
Penyebab Molahidatidosa, yaitu ;
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga pencetusnya antara lain
kekurangan gizi dan gangguan peredaran darah rahim ( dr. Etisa Adi Murbawani ).
Dan juga berdasarkan penelitian terakhir, pada sel plasenta ( sel
trofoblas ) hamil anggur tidak ditemukan unsur keturunan dari ibu, hanya dari
ayah. Jadi, hamil anggur ini adalah hasil dari pembuahan ( konsepsi ) yang
tidak normal yaitu hasil dari pembuahan sel telur yang tidak mengandung faktor
– faktor keturunan dari ibu.
Disamping itu faktor – faktor yang dapat menyebabkannya antara lain :
·
Faktor Ovum : ovum memang sudah patologik
sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarjan.
·
Imunoselektif dari trofoblas.
·
Keadaan sosio – ekonomi rendah.
·
Paritas tinggi.
·
Kekurangan protein.
·
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum
jelas.
Penyebab kehamilan ektopik ada yang
diketahui dan ada pula yang tidak atau belum diketahui. Ada beberapa faktor
penyebab kehamilan ektopik yaitu :
a.
Faktor Uterus.
1.
Tumor rahim yang menekan tuba.
2.
Uterus Hipopiastis.
b.
Faktor Tuba.
1.
Penyempitan lumen tuba oleh karena infksi endosalfing.
2.
Tuba sempit, panjang dan berlekuk – lekuk.
3.
Gangguan fungsi rambut getar.
4.
Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna.
5.
Endometriosis tuba.
6.
Struktur tuba.
7.
Divertikel tuba dan kelainan kongenetal lainnya.
8.
Perekatan peritubal dan lekukan tuba.
9.
Tumoi lain yang menekan tuba.
10. Lumen
kembar dan sempit.
c.
Faktor Ovum
1.
Migrasi eksterna dan ovum.
2.
Perlekatan membrana granulosa.
3.
Rapit cell devision.
4.
Migrasi internal ovum.
C.
Patofisiologi
Molahidatidosa
atau hamil anggur dapat terjadi karena :
- Tidak adanya buah kehamilan ( agenesis ) atau
adanya perubahan ( degenerasi ) sistem aliran darah terhadap buah
kehamilan, pada usia kehamilan minggu ke – 3 sampai minggu ke – 4
- Aliran ( sirkulasi ) darah yang terus berlangsung
tanpa bakal janin, akibatnya terjadi peningkatan produksi cairan sel
trofoblas ( bagian sel tepi telur yang telah di buahi ).
- Kelainan substansi kromosom ( kromatin ) seks.
Kehamilan Ektopik Terganggu.
Ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan halnya dikavu
uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner dan
berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot vaskularisasi dan biasanya telur mati
secara dini dan kemudian diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur
bernidasi antara 2 jonjot eldosalping. Setelah nidasi tertutup, maka telur
dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis, karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna
malahan kadang – kadang tidak tampak, dengan mudah vili korialis menembus
endosalping dan masuk ke dalam lapisan – lapisan otot tuba dengan merusak
jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janinnya tergantung pada beberapa
faktor seperti tempat implantasim, tebalnya dinding tuba dan banyaknya
perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
D.
Gejala Klinik.
Gejala Molahidatidosa ;
Layaknya orang hamil, tanda awal persis kehamilan biasa, misalnya
terlambat haid, keluhan mual, muntah. Hanya saja keluhan tersebut lebih hebat.
Jika diperiksa tes kehamilan, hasilnya positif juga.
Tapi bukan berarti kalau muntah – muntah, denyut nadi cepat, jantung
berdebar - debar hebat sampai lemes lantas tergopoh – opoh takut bahwa itu
hamil anggur. Masih ada tanda lain dan pemeriksaan penunjang untuk memastikan
diagnosa.
Selain gejala umum diatas, tanda – tanda lain diantaranya :
·
Tidak ada tanda – tanda gerakan janin.
·
Rahim nampak lebih besar dari umur kehamilan,
misalnya terlambat 2 bulan, rahim nampak seperti hamil 4 bulan.
·
Keluar gelembung cairan mirip buah anggur
bersamaan dengan perdarahan.
Kehamilan Ektopik Terganggu ;
Gambaran klinik kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk abortus tuba
atau terjadi ruptura tuba, mungkin dijumpai rasa nyeri dan kegagalan hamil
muda. Pada pemeriksaan dalam terdapat pembesaran uterus yang tidak sesuai
dengan tua kehamilan dan belum dapat diraba kehamilan pada tuba, karena tuba
dalam keadaan lembek. Bila terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya
tergantung pada tua kehamilan tuba, lamanya ke dalam rongga abdomen, jumlah
darah yang terdapat dalam rongga abdomen.
Dengan demikian pada kehamilan ektopik yang muda dan tidak terganggu
terdapat gejala – gejala seperti pada kehamilan ektopik yang muda dan tidak
terganggu terdapat gejala – gejala seperti pada kehamilan normal yakni amenorea,
enek sampai muntah dan sebagainya. Amenorea diikuti oleh perdarahan merupakan
gejala yang sering dijumpai pada kehamilan ektopik. Biasanya perdarahan tidak
banyak tetapi dapat berlangsung cukup lama dan darah berwarna hitam.
Dan juga gejala awal yang harus diperhatikan antara lain terdapat tanda –
tanda kehamilan, seperti :
·
Mual, Muntah, Tidak menstruasi, dsb,
·
Nyeri yang dapat dirasakan pada satu sisi atau
kedua sisi perut bagian atas, bawah, atau seluruh bagian perut,
·
Terdapat bercak darah ( spotting ),
·
Kolaps dan kelelahan,
·
Denyut nadi cepat dan lemah ( 110 kali per menit
atau lebih ),
·
Hipotensi dan hipovolemia.
E.
Diagnosis
Molahidatidosa,
Pada pemeriksaan radiologis atau rontgen, tidak terlihat gambaran tulang
janin. Yang nampak justru gambaran mirip Sarang Lebah ( Honeycomb ) atau
gambaran mirip Badai Salju ( Snow Storm ).
Demikian pula pada pemeriksaan USG ( ultrasonografi ), ditemukan gambaran
mirip badai salju, tidak adanya gambaran yang menujukkan denyut jantung janin.
Pemeriksaan lain adalah dengan patologi anatomi, yakni pemeriksaan mikroskopis
gelembung cairan mirip anggur.
Pemeriksaan penting lainnya, pengukuran kadar hormon korinoik
gonadotropin ( HCG), yakni hormon untuk mengidentifikasi kehamilan. Pada hamil
anggur kadar hormon ini ( HCG ) meningkat lebih tinggi dari kadar kehamilan
normal.
Kehamilan
Ektopik Terganggu,
Gejala – gejala kehamilan ektopik beraneka ragam,
sehingga pembuatan diagnosis kadang – kadang menimbulkan kesulitan, yang
penting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada
pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemingkinan kehamilan ini.
Pemeriksaan – pemeriksaan untuk membantu diagnosis
:
b.
Tes Kehamilan
Apabila tes positif itu dapat membantu diagnosis khususnya terdapat tumor
– tumor adneks.
c.
Dilatasi dan Kerokan
Kerokan tidak mempunyai tempat untuk diagnosis kehamilan ektopik.
Biasanya kerokan dilakukan apabila sesudah amenorea terjadi perdarahan yang
cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata disamping uterus, sehingga
diperkirakan abartus inkompliatus. Ditemukan desidua tanpa villus koralis yang
diperoleh dari hasil kerokan dapat membawa pikiran ke arah kehamilan ektopik.
d.
Untrasonografi
e.
Kulda Sentesis
F.
Diagnosa Banding.
Molahidatidosa,
- Kehamilan ganda,
- Hidramnion,
- Abortus.
Kehamilan Ektopik Terganggu,
- Abortus biasa,
- Salpingitis akut,
- Apendisitis akut,
- Ruptur korpus luteum,
- Torsi kista ovarium,
- Mioma sub mukosa yang terpelintir,
G.
Komplikasi.
Molahidatidosa,
1.
Jika sudah terjadi komplikasi yang berat rahim harus
diangkat dan ini yang menyebabkan penderita tidak dapat hamil kembali.
2.
Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera
ditolong dapat berakibat fatal.
3.
perdarahan berulang – ulang yang dapat menyebabkan
anemia.
4.
Infeksi sekunder.
5.
Perforasi karena ( PTG ) pada kira – kira 18 – 20 %
kasus, akan menjadi mola destruens atau koriokarsinoma.
Kehamilan Ektopik Terganggu,
1.
Pada pengobatan konservatif yaitu bila ruptur tuba
telah lama berlangsung 4 – 6 mg terjadi perdarahan ulang ( recurrent bleeding
), ini merupakan indikasi operasi.
2.
Infeksi.
3.
Sun ilens karena massa pelvis.
4.
Sterilisasi.
H.
Prognosis.
Molahidatidosa,
Pada dasarnya penderita mola dianjurkan tidak hamil sampai pengawasan
lengkap selesai dilakukan. ( Sydney Gynaecological Oncology Group ). Bagi
wanita yang belum punya anak, dianjurkan memakai alat kontrasespsi untuk
menunda kehamilan selama 1 tahun, dan bagi yang sudah punya anak dianjurkan
tidak hamil selama 2 tahun
Kehamilan Ektopik Terganggu,
Kehamilan Ektopik merupakan sebab kematian yang penting maka diagnosa
harus dapat ditentukan dengan cepat, hanya 60 % dari wanita yang pernah dapat
KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan lebih tinggi lagi.
I.
Penanganan.
Molahidatidosa,
Penanganan awal kehamilan mola :
Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus :
·
Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakan blok
paraservikal.
·
Pengosongan dengan aspirasi vakum manual lebih
aman daripada kuretase tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret tajam
cukup tinggi.
·
Jika sumber vakum adalah tabung manual, siapkan
peralatan aspirasi vakum manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara
bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup banyak
tetapi penting untuk cepat dikosongkan.
Penanganan selanjutnya kehamilan mola :
·
Pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi
hormonal ( apabila masih ingin anak ) atau tubektomi apabila ingin menghentikan
fertilitas.
·
Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selama
minimal 1 tahun pasca evakuasi dengan menggunakan test kehamilan dengan urine
karena adanya resiko timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau
khoriokarsinoma. Jika tes kehamilan dengan urine tidak negatif setelah 8 minggu
atau menjadi positif kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat kesehatan
tersier untuk pemantauan dan penanganan lebih lanjut.
( Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal ).
Prinsip pelaksanaannya adalah Pengeluaran Mola dan Follow up serta
Sitotastika profilaksis pada molahidatidosa.
Kehamilan Ektopik Terganggu,
Setelah diagnosa jelas dan sangat disangka KET dan keadaan umum baik atau
lumayan segera lakukan untuk :
·
Persiapan pengiriman penderita ke puskesmas,
dokter / rumah sakit.
·
Pasang infus cairan pengganti,
·
Siapkan donor keluarga.
·
Sedapat mungkin diantar.
Di Rumah Sakit.
Kehamilan ektopik tidak terganggu harus segera dioperasi untuk
menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya gangguan kehamilan tersebut.
Operasi yang dilakukan ialah salpingektomi yakni pengangkatan tuba yang
mengandung kehamilan dengan pemberian transfusi darah.
Salpingektomi dapat dilakukan dalam beberapa kondisi yaitu :
·
Kondisi penderita buruk.
·
Kondisi tubaburuk.
·
Penderita menyadari kondisi fertilitasnya dan
mengingini fertilitas inuitro.
·
Penderita tidak ingin mempunyai anak lagi.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
pada kehamilan di tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti
hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis.
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP
MOLAHIDATIDOSA.
A.
Pengkajian.
a.
Idenditas.
b.
Aktivitas :
-
Cepat lelah, sering pingsan.
c.
Integritas ego :
-
Menolak, Menyangkal, Cemas, Gelisah, Sedih.
d.
Cardiovaskuler :
- Hipertensi, Hipotensi, Tachicardi, Kemungkinan Edema.
e.
Gastrointestinal :
-
Mual, Muntah, Anoreksia.
f.
Genitourinary :
-
Oligouria, Nyeri Pinggang.
-
Pengeluaran darah pada vagina disertai bekuan darah dan
jaringan.
-
Protein Uria.
-
Pemeriksaan Servik pada pangkul teraba lunak.
-
Pembesaran pada ovarium.
B.
Diagnosa Keperawatan.
Dx. 1. Defisit volume cairan
berhubungan dengan perdarahan.
Dx. 2. Resti terjadinya infeksi berhubungan dengan
perdarahan uterus, inflamasi, iritasi, invasi.
Dx. 3. Perdarahan berhubungan dengan luka pada uterus
dan banyak kehilangan darah.
Dx.v 4. Perubahan status kesehatan berhubungan dengan penyebaran
penyakit.
Dx. 5. Denial dan Depresi berhubungan dengan
kehilangan bayi dan tindakan post operatif.
C.
Rencana Tindakan.
Dx. 1 Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Intervensi :
Observasi perdarahan per vagina tiap 30 menit
dan perhatikan kondisi pasien.
Catat jumlah pengeluaran darah pervagina sebelum
masuk RS, catat bila terdapat jaringan yang keluar.
Monitor perdarahan per vagina : warna, banyaknya
perdarahan, tingkat perdarahan.
Monitor tanda vital.
Beri cairan yang adekuat.
Dx. 2 Resti terjadinya infeksi berhubungan dengan perdarahan uterus,
inflamasi, iritasi, invasi.
Intervensi :
Kaji adanya tanda – tanda infeksi seperti
peningkatan suhu tubuh, inflamasi , pembengkakan.
Kolaborasi dalam pemberian anti biotik yang
dapat mengurangi infeksi yang meluas.
Dx. 3. Perdarahan beruhubungan dengan luka pada
uterus dan banyak kehilangan darah.
Intervensi :
Kolaborasi dengan dokter dalam tindakan
pembedahan.
Beri support pada pasien dan keluarga.
Dx. 4. Perubahan status kesehatan
berhubungan dengan penyebaran penyakit.
Intervensi :
Periksa hormon HCG selama 1 tahun.
Anjurkan pasien dan keluarga untuk mendiskusikan
tentang perencanaan penghentian kehamilan.
Dx. 5. Denial dan Depresi berhubungan dengan
kehilangan bayi dan tindakan post operasi.
Intervensi
:
Kaji respon verbal dan non verbal pasien
terhadap proses kehilangan.
Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang
kehamilan yang akan datang.
Anjurkan pasien untuk sering berkonsultasi pada
dokter.
D.
Evaluasi Tindakan.
Evaluasi yang diharapkan adalah :
Perdarahan per vagina teratasi dan berkurang
Tidak terdapat jaringan yang keluar per vagina.
Keadaan umum pasien baik.
Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Cairan tetap adekuat.
Tidak terdapat tanda – tanda infeksi.
Pasien telah diberi anti biotik.
Pasien mengikuti untuk memeriksakan / mengkonsultasikan
tentang kehamilannya yang akan datang.
Individu akan :
Menggambarkan depresinya sendiri.
Menceritakan adanya peningkatan dalam kenyamanan
fisiologis dan psikologisnya.
Menggunakan koping mekanisme yang efektif dalam
mengatasi depresi.
KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU.
A.
Pengkajian.
Riwayat kesehatan mencakup pola menstruasi dan setiap
perdarahan ( bahkan sedikit sekalipun ) sejak periode menstruasi terakhir
pasien ( LMP ). Gambaran pasien tentang nyeri dan letaknya dicari. Pasien
ditanyakan apakah telah terjadi nyeri yang sangat tajam dan kolik.
Kemudian perawat memperhatikan apakah nyeri menjalar
ke bahu dan ke leher, yang disebabkan oleh ruptur dan tekanan oleh diafragma.
Tanda dan gejala ruptur sangat menonjol dan menandakan adanya hemoragi dan syok.
Tanda – tanda vital, tingkat kesadaran dan sifat serta
jumlah perdarahan vagina dipantau. Makna kehamilan pada pasien dikaji, jika
memungkinkan, untuk menentukan bagaimana pasien mengatasi kemungkinan
kehilangan kehamilannya.
B.
Diagnosa Keperawatan.
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup
yang berikut :
Dx. 1. Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba.
Dx. 2. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan dan efek pada
kehamilan berikutnya.
Dx. 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan pengobatan dan dampak pada
kehamilan berikutnya.
Dx. 4. Reti terjadinya komplikasi hemoragi, syok berhubungan dengan tanda
dan gejala ruptur yang akan timbul.
C.
Rencana Tindakan.
Dx. 1. Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba.
Intervensi :
Jika pasien harus menjalani pembedahan, lakukan
medikasi praanastetik.
Pada periode pasca operatif, preparat analgesik
diberikan secara bebas.
Dx. 2. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan dan efek pada
kehamilan berikutnya.
Intervensi :
Kaji tingkat distress pasien.
Distress psikologis yang berat dan menetap di
kaji dan konsultsi psikologis oleh psikoterapis atau penasihat spiritual.
Selalu mendengarkan dan memberikan dukungan
kepada pasien.
Dx. 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan pengobatan dan dampak pada
kehamilan berikutnya.
Intervensi :
Memberikan penyuluhan yang mendalam kepada
pasien.
Melibatkan pasangan dalam penyuluhan.
Setelah pasien pulih dari ketidaknyamanan pasca
operatif, selanjutnya memfokuskan segala pertanyaan dan kekhawatiran yang
mungkin dimiliki pasien dan pasangannya.
Dx. 4. Reti terjadinya komplikasi hemoragi, syok berhubungan dengan tanda
dan gejala ruptur yang akan timbul
Intervensi :
Pemantauan tanda – tanda vital secara terus
menerus.
Kaji tingkat kesadaran pasien.
Kaji jumlah perdarahan pasien.
Catat masukan dan haluaran pasien.
Kadar hematokrit, hemolobin dan gas darah
dipantau.
D.
Evaluasi Tindakan.
1.
Mengalami pengurangan nyeri.
a.
Melaporkan penurunan dalam nyeri dan ketidaknyamanan.
b.
Melakukan gerakan atau ambulasi sesuai yang diharuskan,
melakukan batuk dan napas dalam terapeutik.
2.
Mulai menerima kehilangan dan mngekspresikan dukanya
dengan mengungkapkan perasaan dan reaksi terhadap kehilangan.
3.
Menunjukkan pengertian tentang penyebab kehamilan
ektopik.
4.
Tidak mengalami komplikasi
a.
Menunjukkan tidak adanya tanda – tanda hemoragi dan
syok.
b.
Mengalami penurunan jumlah rabas vagina yang
dikeluarkan ( pada pembalut perineal ).
c.
Turgor dan warna kulit yang normal.
d.
Menunjukkan tanda – tanda vital yang stabil dan haluaran
urine yang adekuat.
e.
Kadar HCG kembali normal.
-
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hamil anggur ( molahidatidosa
) adalah kehamilan abnormal yang disebabkan oleh sel dari plasenta ( sel
trofoblas yang tumbuh secara berlebihan. Umumnya pada hamil anggur ini,
tidak ditemukan unsur janin yang tumbuh dan berkembang seperti umumnya
ditemukan pada kehamilan normal. Jadi dengan kata lain, bukan jabang bayi yang
tumbuh tetapi hanya jaringan. Tetapi kadang-kadang ditemukan juga janin yang
tumbuh pada hamil anggur dan ini dikenal dengan nama hamil anggur parsialis
. Hamil anggur banyak ditemukan pada perempuan yang berusia muda dan pada
kehamilan pertama.
Kenapa disebut dengan
hamil anggur? Karena bentuk jaringan kehamilan yang bulat-bulat menggelembung
seperti buah anggur. Bulatan
ini berisi cairan dengan dinding yang tipis (mirip dengan anggur). Jaringan
gelembung tersebut tidak memiliki pembuluh darah dengan bagian sel plasenta
yang tumbuh secara berlebihan.
Penyebab hamil
anggur sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Tetapi berdasarkan
penelitian terakhir, pada sel plasenta (sel trofoblas) hamil anggur tidak
ditemukan unsur keturunan dari ibu, hanya dari ayah. Jadi, hamil anggur ini
adalah hasil dari pembuahan (konsepsi)yang tidak normal yaitu hasil dari
pembuahan sel telur yang tidak mengandung faktor-faktor keturunan dari ibu.
Pada kehamilan
yang normal, janin berada pada rongga rahim. Namun pada keadaan tertentu, janin
dapat pula berada di luar rongga rahim yang dikenal dengan istilah kehamilan di
luar kandungan atau dalam ilmu kedokteran disebut sebagai kehamilan ektopik
Terganggu.
Kehamilan
ektopik merupakan kehamilan dengan sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan
berimplantasi (menempel) di tempat yang normal yakni dalam endometrium (selaput
lendir yang kaya kelenjar) rongga rahim (kavum uterus).
Kehamilan
ektopik dapat terjadi di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita selain
rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis
(leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi
di tuba falopii (90%).
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
(ruptur/gugur) apabila kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang tempat
implantasi, keadaan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik
merupakan suatu keadaan yang berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan
hebat dan berulang. Pada akhirnya, ini dapat menyebabkan penurunan fertilitas
atau kesuburan dan bahkan kematian ibu dan janin.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment