Wednesday, May 30, 2018

Makalah Keperawatan Maternitas Tentang Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan di mana ovum yang telah dibuahi sperma berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya; bukan di dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah kehamilan ekstrauterin, karena beberapa jenis kehamilan ektopik terjadi di uterus tetapi tidak di tempat yang normal seperti di pars intertitialis tuba dan serviks uteri.
Kehamilan ektopik merupakan salah satu bentuk kom-plikasi kehamilan yang cukup sering dijumpai, berhubungan dengan status sosial ekonomi dan kejadian salpingitis.
Saat ini ada kecenderungan peningkatan angka kejadian kehamilan ektopik di dunia. Dalam penanganan kehamilan ektopik, diagnosis dini sangat penting karena dapat menurunkan angka kematian ibu dan meningkatkan/mempertahankan kualitas reproduksinya. Diagnosis kehamilan ektopik secara umum ditegakkan berdasarkan beberapa faktor yaitu :
1) Deteksi dini kelompok risiko tinggi.
2) Riwayat obstetrik dan pemeriksaan fisik.
3) Pemeriksaan laboratorium (tes kehamilan), kuldosentesis, USG dan laparoskopi.

B.     RUANG LINGKUP BAHASAN
Dalam makalah ini, penulis lebih banyak mengulas tentang masalah pada kelainan kehamilan, yang terfokus pada penyakit Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu.




C.    TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memberikan pemahaman kepada para mahasiswa tentang :
    1. Pengertian Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu.
    2. Penyebab Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu.
    3. Patofisiologi Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu.
    4. Gejala Klinik Tentang Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu.
    5. Diagnosis Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu.
    6. Diagnosa Banding Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu.
    7. Komplikasi dari Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu.
    8. Prognosis Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu.
    9. Penanganan Molahidatidosa dan Kehamilan Ektopik Terganggu.



















BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A.    Pengertian
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal yang disebabkan oleh sel dari plasenta ( sel trofoblas yang tumbuh secara berlebihan ) / berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “ bakal  janin “, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran ( vili ) mirip gerombolan buah anggur. Tumor jinak mirip anggur tersebut asalnya dari trofoblas, yakni sel bagian tepi ovum atau sel telur, yang telah dibuahi, yang nantinya melekat di dinding rahim dan menjadi plasenta ( tembuni ) serta membran yang memberi makan hasil pembuahan.

KET ( Kehamilan Ektopik Terganggu ) adalah suatu kehamilan yang tumbuh di luar kavum endometrium ( Esensial Obstetri dan ginekologi, 2001 : 463 ), / Kehamilan di tempat yang luar biasa ( Obstetri Patologi, 1981 : 21 ), / Kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus ( Ilmu bedah Kebidanan, 2000 : 198 ), / Kehamilan yang terjadi bila sel telur dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri ( Ilmu Kebidanan, 2002 : 323 ), / Kehamilan dengan hasil konsepsi berimplementasi di luar endometrium rahim, istilah lain : ectopic pregnancy, ectopic gestation dan eccesyesis ( Sinapsis Obstetri, 1998 : 226 ).
Kehamilan Ektopik Terganggu merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai ateri. Sifat kehamilan ektopik sangat berbahaya, sebagian besar kehamilan ektopik terjadi pada tuba, jarang terjadi pada ovarium atau rongga abdomen ( perut ).
Istilah kehamilan ektopik ini lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena itu terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal.
Menurut lokasi kehamila ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan :
1.      Tuba Fallopi.
-          Pars intertisialis.
-          Isthmus.
-          Infundibulum.
-          Fimbria.
2.      Uterus.
-          Kanalis serpikalis.
-          Divertikulum.
-          Konua.
-          Tanduk rudimentete.
3.      Ovarium.
4.      Intraligameter.
5.      Abdominai
-          Primer.
-          Sekunder.

B.     Penyebab
Penyebab Molahidatidosa, yaitu ;
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi diduga pencetusnya antara lain kekurangan gizi dan gangguan peredaran darah rahim ( dr. Etisa Adi Murbawani ).
Dan juga berdasarkan penelitian terakhir, pada sel plasenta ( sel trofoblas ) hamil anggur tidak ditemukan unsur keturunan dari ibu, hanya dari ayah. Jadi, hamil anggur ini adalah hasil dari pembuahan ( konsepsi ) yang tidak normal yaitu hasil dari pembuahan sel telur yang tidak mengandung faktor – faktor keturunan dari ibu.
Disamping itu faktor – faktor yang dapat menyebabkannya antara lain :
·         Faktor Ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarjan.
·         Imunoselektif dari trofoblas.
·         Keadaan sosio – ekonomi rendah.
·         Paritas tinggi.
·         Kekurangan protein.
·         Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

 Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak atau belum diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik yaitu :
a.       Faktor Uterus.
1.      Tumor rahim yang menekan tuba.
2.      Uterus Hipopiastis.
b.      Faktor Tuba.
1.      Penyempitan lumen tuba oleh karena infksi endosalfing.
2.      Tuba sempit, panjang dan berlekuk – lekuk.
3.      Gangguan fungsi rambut getar.
4.      Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna.
5.      Endometriosis tuba.
6.      Struktur tuba.
7.      Divertikel tuba dan kelainan kongenetal lainnya.
8.      Perekatan peritubal dan lekukan tuba.
9.      Tumoi lain yang menekan tuba.
10.  Lumen kembar dan sempit.
c.       Faktor Ovum
1.      Migrasi eksterna dan ovum.
2.      Perlekatan membrana granulosa.
3.      Rapit cell devision.
4.      Migrasi internal ovum.

C.     Patofisiologi
Molahidatidosa atau hamil anggur dapat terjadi karena :
    • Tidak adanya buah kehamilan ( agenesis ) atau adanya perubahan ( degenerasi ) sistem aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia kehamilan minggu ke – 3 sampai minggu ke – 4
    • Aliran ( sirkulasi ) darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin, akibatnya terjadi peningkatan produksi cairan sel trofoblas ( bagian sel tepi telur yang telah di buahi ).
    • Kelainan substansi kromosom ( kromatin ) seks.












Kehamilan Ektopik Terganggu.
Ovum yang dibuahi terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan halnya dikavu uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner dan berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot eldosalping. Setelah nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis, karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang – kadang tidak tampak, dengan mudah vili korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan – lapisan otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janinnya tergantung pada beberapa faktor seperti tempat implantasim, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

















D.    Gejala Klinik.
Gejala Molahidatidosa ;
Layaknya orang hamil, tanda awal persis kehamilan biasa, misalnya terlambat haid, keluhan mual, muntah. Hanya saja keluhan tersebut lebih hebat. Jika diperiksa tes kehamilan, hasilnya positif juga.
Tapi bukan berarti kalau muntah – muntah, denyut nadi cepat, jantung berdebar - debar hebat sampai lemes lantas tergopoh – opoh takut bahwa itu hamil anggur. Masih ada tanda lain dan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosa.
Selain gejala umum diatas, tanda – tanda lain diantaranya :
·         Tidak ada tanda – tanda gerakan janin.
·         Rahim nampak lebih besar dari umur kehamilan, misalnya terlambat 2 bulan, rahim nampak seperti hamil 4 bulan.
·         Keluar gelembung cairan mirip buah anggur bersamaan dengan perdarahan.

Kehamilan Ektopik Terganggu ;
Gambaran klinik kehamilan ektopik bervariasi dari bentuk abortus tuba atau terjadi ruptura tuba, mungkin dijumpai rasa nyeri dan kegagalan hamil muda. Pada pemeriksaan dalam terdapat pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan tua kehamilan dan belum dapat diraba kehamilan pada tuba, karena tuba dalam keadaan lembek. Bila terjadi gangguan kehamilan tuba, gejalanya tergantung pada tua kehamilan tuba, lamanya ke dalam rongga abdomen, jumlah darah yang terdapat dalam rongga abdomen.
Dengan demikian pada kehamilan ektopik yang muda dan tidak terganggu terdapat gejala – gejala seperti pada kehamilan ektopik yang muda dan tidak terganggu terdapat gejala – gejala seperti pada kehamilan normal yakni amenorea, enek sampai muntah dan sebagainya. Amenorea diikuti oleh perdarahan merupakan gejala yang sering dijumpai pada kehamilan ektopik. Biasanya perdarahan tidak banyak tetapi dapat berlangsung cukup lama dan darah berwarna hitam.
Dan juga gejala awal yang harus diperhatikan antara lain terdapat tanda – tanda kehamilan, seperti :
·         Mual, Muntah, Tidak menstruasi, dsb,
·         Nyeri yang dapat dirasakan pada satu sisi atau kedua sisi perut bagian atas, bawah, atau seluruh bagian perut,
·         Terdapat bercak darah ( spotting ),
·         Kolaps dan kelelahan,
·         Denyut nadi cepat dan lemah ( 110 kali per menit atau lebih ),
·         Hipotensi dan hipovolemia.


E.     Diagnosis
Molahidatidosa,
Pada pemeriksaan radiologis atau rontgen, tidak terlihat gambaran tulang janin. Yang nampak justru gambaran mirip Sarang Lebah ( Honeycomb ) atau gambaran mirip Badai Salju ( Snow Storm ).
Demikian pula pada pemeriksaan USG ( ultrasonografi ), ditemukan gambaran mirip badai salju, tidak adanya gambaran yang menujukkan denyut jantung janin. Pemeriksaan lain adalah dengan patologi anatomi, yakni pemeriksaan mikroskopis gelembung cairan mirip anggur.
Pemeriksaan penting lainnya, pengukuran kadar hormon korinoik gonadotropin ( HCG), yakni hormon untuk mengidentifikasi kehamilan. Pada hamil anggur kadar hormon ini ( HCG ) meningkat lebih tinggi dari kadar kehamilan normal.


Kehamilan Ektopik Terganggu,
Gejala – gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang – kadang menimbulkan kesulitan, yang penting dalam pembuatan diagnosis kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada terhadap kemingkinan kehamilan ini.
Pemeriksaan – pemeriksaan untuk membantu diagnosis :
b.      Tes Kehamilan
Apabila tes positif itu dapat membantu diagnosis khususnya terdapat tumor – tumor adneks.
c.       Dilatasi dan Kerokan
Kerokan tidak mempunyai tempat untuk diagnosis kehamilan ektopik. Biasanya kerokan dilakukan apabila sesudah amenorea terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa ditemukan kelainan nyata disamping uterus, sehingga diperkirakan abartus inkompliatus. Ditemukan desidua tanpa villus koralis yang diperoleh dari hasil kerokan dapat membawa pikiran ke arah kehamilan ektopik.
d.      Untrasonografi
e.       Kulda Sentesis

F.      Diagnosa Banding.
Molahidatidosa,
    • Kehamilan ganda,
    • Hidramnion,
    • Abortus.
Kehamilan Ektopik Terganggu,
    • Abortus biasa,
    • Salpingitis akut,
    • Apendisitis akut,
    • Ruptur korpus luteum,
    • Torsi kista ovarium,
    • Mioma sub mukosa yang terpelintir,


G.    Komplikasi.
Molahidatidosa,
1.      Jika sudah terjadi komplikasi yang berat rahim harus diangkat dan ini yang menyebabkan penderita tidak dapat hamil kembali.
2.      Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat fatal.
3.      perdarahan berulang – ulang yang dapat menyebabkan anemia.
4.      Infeksi sekunder.
5.      Perforasi karena ( PTG ) pada kira – kira 18 – 20 % kasus, akan menjadi mola destruens atau koriokarsinoma.


Kehamilan Ektopik Terganggu,
1.      Pada pengobatan konservatif yaitu bila ruptur tuba telah lama berlangsung 4 – 6 mg terjadi perdarahan ulang ( recurrent bleeding ), ini merupakan indikasi operasi.
2.      Infeksi.
3.      Sun ilens karena massa pelvis.
4.      Sterilisasi.





H.    Prognosis.
Molahidatidosa,
Pada dasarnya penderita mola dianjurkan tidak hamil sampai pengawasan lengkap selesai dilakukan. ( Sydney Gynaecological Oncology Group ). Bagi wanita yang belum punya anak, dianjurkan memakai alat kontrasespsi untuk menunda kehamilan selama 1 tahun, dan bagi yang sudah punya anak dianjurkan tidak hamil selama 2 tahun


Kehamilan Ektopik Terganggu,
Kehamilan Ektopik merupakan sebab kematian yang penting maka diagnosa harus dapat ditentukan dengan cepat, hanya 60 % dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan lebih tinggi lagi.


I.       Penanganan.
Molahidatidosa,
Penanganan awal kehamilan mola :
Jika diagnosa kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus :
·         Jika dibutuhkan dilatasi serviks, gunakan blok paraservikal.
·         Pengosongan dengan aspirasi vakum manual lebih aman daripada kuretase tajam. Resiko perforasi dengan menggunakan kuret tajam cukup tinggi.
·         Jika sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan aspirasi vakum manual minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Isi uterus cukup banyak tetapi penting untuk cepat dikosongkan.
Penanganan selanjutnya kehamilan mola :
·         Pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal ( apabila masih ingin anak ) atau tubektomi apabila ingin menghentikan fertilitas.
·         Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selama minimal 1 tahun pasca evakuasi dengan menggunakan test kehamilan dengan urine karena adanya resiko timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau khoriokarsinoma. Jika tes kehamilan dengan urine tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif kembali dalam 2 tahun pertama, rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk pemantauan dan penanganan lebih lanjut.
( Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal ).
Prinsip pelaksanaannya adalah Pengeluaran Mola dan Follow up serta Sitotastika profilaksis pada molahidatidosa.


Kehamilan Ektopik Terganggu,
Setelah diagnosa jelas dan sangat disangka KET dan keadaan umum baik atau lumayan segera lakukan untuk :
·         Persiapan pengiriman penderita ke puskesmas, dokter / rumah sakit.
·         Pasang infus cairan pengganti,
·         Siapkan donor keluarga.
·         Sedapat mungkin diantar.
Di Rumah Sakit.
Kehamilan ektopik tidak terganggu harus segera dioperasi untuk menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya gangguan kehamilan tersebut. Operasi yang dilakukan ialah salpingektomi yakni pengangkatan tuba yang mengandung kehamilan dengan pemberian transfusi darah.
Salpingektomi dapat dilakukan dalam beberapa kondisi yaitu :
·         Kondisi penderita buruk.
·         Kondisi tubaburuk.
·         Penderita menyadari kondisi fertilitasnya dan mengingini fertilitas inuitro.
·         Penderita tidak ingin mempunyai anak lagi.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan di tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis.



BAB III
KONSEP DASAR ASKEP

MOLAHIDATIDOSA.
A.    Pengkajian.
a.       Idenditas.
b.      Aktivitas :
-    Cepat lelah, sering pingsan.
c.       Integritas ego :
-    Menolak, Menyangkal, Cemas, Gelisah, Sedih.
d.      Cardiovaskuler :
- Hipertensi, Hipotensi, Tachicardi, Kemungkinan Edema.
e.       Gastrointestinal :
-    Mual, Muntah, Anoreksia.
f.       Genitourinary :
-          Oligouria, Nyeri Pinggang.
-          Pengeluaran darah pada vagina disertai bekuan darah dan jaringan.
-          Protein Uria.
-          Pemeriksaan Servik pada pangkul teraba lunak.
-          Pembesaran pada ovarium.

B.     Diagnosa Keperawatan.
Dx.  1. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Dx. 2. Resti terjadinya infeksi berhubungan dengan perdarahan uterus, inflamasi, iritasi, invasi.
Dx. 3. Perdarahan berhubungan dengan luka pada uterus dan banyak kehilangan darah.
Dx.v 4. Perubahan status kesehatan berhubungan dengan penyebaran penyakit.
Dx. 5. Denial dan Depresi berhubungan dengan kehilangan bayi dan tindakan post operatif.


C.     Rencana Tindakan.
Dx. 1 Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
      Intervensi :
*      Observasi perdarahan per vagina tiap 30 menit dan perhatikan kondisi pasien.
*      Catat jumlah pengeluaran darah pervagina sebelum masuk RS, catat bila terdapat jaringan yang keluar.
*      Monitor perdarahan per vagina : warna, banyaknya perdarahan, tingkat perdarahan.
*      Monitor tanda vital.
*      Beri cairan yang adekuat.

Dx. 2 Resti terjadinya infeksi berhubungan dengan perdarahan uterus, inflamasi, iritasi, invasi.
      Intervensi :
*      Kaji adanya tanda – tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh, inflamasi , pembengkakan.
*      Kolaborasi dalam pemberian anti biotik yang dapat mengurangi infeksi yang meluas.

Dx. 3. Perdarahan beruhubungan dengan luka pada uterus dan banyak kehilangan darah.
      Intervensi :
*      Kolaborasi dengan dokter dalam tindakan pembedahan.
*      Beri support pada pasien dan keluarga.

Dx.  4. Perubahan status kesehatan berhubungan dengan penyebaran penyakit.
      Intervensi :
*      Periksa hormon HCG selama 1 tahun.
*      Anjurkan pasien dan keluarga untuk mendiskusikan tentang perencanaan penghentian kehamilan.

Dx. 5. Denial dan Depresi berhubungan dengan kehilangan bayi dan tindakan post operasi.
      Intervensi :
*      Kaji respon verbal dan non verbal pasien terhadap proses kehilangan.
*      Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang kehamilan yang akan datang.
*      Anjurkan pasien untuk sering berkonsultasi pada dokter.

D.    Evaluasi Tindakan.
Evaluasi yang diharapkan adalah :
*      Perdarahan per vagina teratasi dan berkurang
*      Tidak terdapat jaringan yang keluar per vagina.
*      Keadaan umum pasien baik.
*      Tanda – tanda vital dalam batas normal.
*      Cairan tetap adekuat.
*      Tidak terdapat tanda – tanda infeksi.
*      Pasien telah diberi anti biotik.
*      Pasien mengikuti untuk memeriksakan / mengkonsultasikan tentang kehamilannya yang akan datang.


Individu akan :
*      Menggambarkan depresinya sendiri.
*      Menceritakan adanya peningkatan dalam kenyamanan fisiologis dan psikologisnya.
*      Menggunakan koping mekanisme yang efektif dalam mengatasi depresi.





KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU.
A.    Pengkajian.
Riwayat kesehatan mencakup pola menstruasi dan setiap perdarahan ( bahkan sedikit sekalipun ) sejak periode menstruasi terakhir pasien ( LMP ). Gambaran pasien tentang nyeri dan letaknya dicari. Pasien ditanyakan apakah telah terjadi nyeri yang sangat tajam dan kolik.
Kemudian perawat memperhatikan apakah nyeri menjalar ke bahu dan ke leher, yang disebabkan oleh ruptur dan tekanan oleh diafragma. Tanda dan gejala ruptur sangat menonjol dan menandakan adanya hemoragi dan syok.
Tanda – tanda vital, tingkat kesadaran dan sifat serta jumlah perdarahan vagina dipantau. Makna kehamilan pada pasien dikaji, jika memungkinkan, untuk menentukan bagaimana pasien mengatasi kemungkinan kehilangan kehamilannya.

B.     Diagnosa Keperawatan.
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang berikut :
Dx. 1. Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba.
Dx. 2. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan dan efek pada kehamilan berikutnya.
Dx. 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan pengobatan dan dampak pada kehamilan berikutnya.
Dx. 4. Reti terjadinya komplikasi hemoragi, syok berhubungan dengan tanda dan gejala ruptur yang akan timbul.

C.     Rencana Tindakan.
Dx. 1. Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba.
Intervensi :
*      Jika pasien harus menjalani pembedahan, lakukan medikasi praanastetik.
*      Pada periode pasca operatif, preparat analgesik diberikan secara bebas.

Dx. 2. Berduka berhubungan dengan kehilangan kehamilan dan efek pada kehamilan berikutnya.
Intervensi :
*      Kaji tingkat distress pasien.
*      Distress psikologis yang berat dan menetap di kaji dan konsultsi psikologis oleh psikoterapis atau penasihat spiritual.
*      Selalu mendengarkan dan memberikan dukungan kepada pasien.

Dx. 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan pengobatan dan dampak pada kehamilan berikutnya.
Intervensi :
*      Memberikan penyuluhan yang mendalam kepada pasien.
*      Melibatkan pasangan dalam penyuluhan.
*      Setelah pasien pulih dari ketidaknyamanan pasca operatif, selanjutnya memfokuskan segala pertanyaan dan kekhawatiran yang mungkin dimiliki pasien dan pasangannya.

Dx. 4. Reti terjadinya komplikasi hemoragi, syok berhubungan dengan tanda dan gejala ruptur yang akan timbul
Intervensi :
*      Pemantauan tanda – tanda vital secara terus menerus.
*      Kaji tingkat kesadaran pasien.
*      Kaji jumlah perdarahan pasien.
*      Catat masukan dan haluaran pasien.
*      Kadar hematokrit, hemolobin dan gas darah dipantau.

D.    Evaluasi Tindakan.
1.      Mengalami pengurangan nyeri.
a.       Melaporkan penurunan dalam nyeri dan ketidaknyamanan.
b.      Melakukan gerakan atau ambulasi sesuai yang diharuskan, melakukan batuk dan napas dalam terapeutik.
2.      Mulai menerima kehilangan dan mngekspresikan dukanya dengan mengungkapkan perasaan dan reaksi terhadap kehilangan.
3.      Menunjukkan pengertian tentang penyebab kehamilan ektopik.
4.      Tidak mengalami komplikasi
a.       Menunjukkan tidak adanya tanda – tanda hemoragi dan syok.
b.      Mengalami penurunan jumlah rabas vagina yang dikeluarkan ( pada pembalut perineal ).
c.       Turgor dan warna kulit yang normal.
d.      Menunjukkan tanda – tanda vital yang stabil dan haluaran urine yang adekuat.
e.       Kadar HCG kembali normal.




















-
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hamil anggur ( molahidatidosa ) adalah kehamilan abnormal yang disebabkan oleh sel dari plasenta ( sel trofoblas yang tumbuh secara berlebihan. Umumnya pada hamil anggur ini, tidak ditemukan unsur janin yang tumbuh dan berkembang seperti umumnya ditemukan pada kehamilan normal. Jadi dengan kata lain, bukan jabang bayi yang tumbuh tetapi hanya jaringan. Tetapi kadang-kadang ditemukan juga janin yang tumbuh pada hamil anggur dan ini dikenal dengan nama hamil anggur parsialis . Hamil anggur banyak ditemukan pada perempuan yang berusia muda dan pada kehamilan pertama.
Kenapa disebut dengan hamil anggur? Karena bentuk jaringan kehamilan yang bulat-bulat menggelembung seperti buah anggur. Bulatan ini berisi cairan dengan dinding yang tipis (mirip dengan anggur). Jaringan gelembung tersebut tidak memiliki pembuluh darah dengan bagian sel plasenta yang tumbuh secara berlebihan.
Penyebab hamil anggur sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Tetapi berdasarkan penelitian terakhir, pada sel plasenta (sel trofoblas) hamil anggur tidak ditemukan unsur keturunan dari ibu, hanya dari ayah. Jadi, hamil anggur ini adalah hasil dari pembuahan (konsepsi)yang tidak normal yaitu hasil dari pembuahan sel telur yang tidak mengandung faktor-faktor keturunan dari ibu.



Pada kehamilan yang normal, janin berada pada rongga rahim. Namun pada keadaan tertentu, janin dapat pula berada di luar rongga rahim yang dikenal dengan istilah kehamilan di luar kandungan atau dalam ilmu kedokteran disebut sebagai kehamilan ektopik Terganggu.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan dengan sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di tempat yang normal yakni dalam endometrium (selaput lendir yang kaya kelenjar) rongga rahim (kavum uterus).
Kehamilan ektopik dapat terjadi di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii (90%).
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus (ruptur/gugur) apabila kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang tempat implantasi, keadaan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik merupakan suatu keadaan yang berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan hebat dan berulang. Pada akhirnya, ini dapat menyebabkan penurunan fertilitas atau kesuburan dan bahkan kematian ibu dan janin.



















B. Saran






























DAFTAR PUSTAKA



No comments:

Post a Comment